Hari
ini supervisor GA (General Affair)
kantor gak masuk dan itu berarti satu hari kerja tanpa penerapan
aturan. Gak ada yang nanya si A kemana? Si B kenapa absen?
dan pertanyaan serta bla bla bla lainnya yang secara garis besar cuma
perihal absen atau
ketidakhadiran. Senang? Pastilah, mengingat gak ada orang yang
biasanya nanya, “tadi absennya
telat ya? Makanya, jangan begadang..bla bla bla”. Tapi jujur ada
yang tiba-tiba jadi ganjalan di pikiran saya, kenapa ya absensi
atau ketidakhadiran itu bisa menjadi sesuatu yang sangat crusial?
Sambil menikmati secangkir
kopi hitam yang
baru saja diseduh, saya coba memahami perihal absensi
ini.
Terkadang
saya mikir, ketika saya benar-benar absen
untuk masuk kerja, pasti HRD ataupun GA kantor tempat saya kerja
sibuk mencari tahu keberadaan dan keadaan saya. Kenapa saya absen?
Apa saya sakit? Kalau saya sakit, bagaimana keadaanya? Dirawat atau
hanya istirahat di rumah? Dan bermacam-macam pertanyaan penuh rasa
empati tapi kesannya curigaan. Sikap seperti ini seakan-akan menunjukan bahwa mereka
sangat mengharapkan kehadiran kita dan gak mau kalau kita pergi
sedangkan keadaan memang mengharuskan kita absen,
entah itu karena kita sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
atau karena kurang mendapat apresiasi dari tempat kita bekerja
sekarang ini. Cukup aneh gak sih?
Kita
sering banget mengeluh soal si bos yang tidak pernah memberikan
apresisai yang setimpal atas loyalitas kita yang tidak pernah absen
untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan tapi dari persepsi saya
yang dangkal ini, saya mencoba mengembangkan pemikiran lebih luas.
Pada kenyataannya, kita sering kali harus absen
dari berbagai dinamika dan realita kehidupan yang sedang kita jalani.
Coba aja kita ingat, seberapa sering kita absen
untuk sekedar menemani Ibu minum teh di sore hari hanya karena ingin
refreshing
di hari libur kerja? Seberapa sering kita absen
untuk mendengar cerita anak-anak kita sewaktu di sekolah tadi hanya
karena ada lemburan yang harus kita kerjakan? Seberapa sering kita
absen
untuk mendengar keluh kesah istri yang ingin bermanja-manja kangen?
dan kita menanggapinya hanya dengan, “sudah ya, Ayah cape”.
Mungkin
seperti terlalu mendramatisir keadaan atau pemikiran, tapi coba kita
pikirkan lagi baik-baik perihal absensi
ini. Coba kita lihat dan bandingkan, seberapa banyak absen
yang kita buat dalam hidup ini? Seberapa sering kita absen
dalam pekerjaan kita yang bernama “kehidupan”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar