Apa
anda percaya dengan banyaknya teori tentang “manusia adalah mahluk
sosial” yang sudah ditanamkan dalam diri kita sejak kita masih
duduk di bangku sekolah dasar dulu? Teorinya adalah manusia merupakan
mahluk sosial yang selalu
membutuhkan kehadiran manusia lain untuk mempertahankan eksistensi
kehidupan, atau dengan kata lain, bahwa pada dasarnya ada semacam
keterikatan atau ketertarikan yang terjadi diantara manusia satu
dengan yang lainnya dan disadari ataupun tidak ternyata keterikatan
seringnya dimulai dengan apa yang dinamakan perhatian.
Perhatian
atau atensi adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar mengenai
sejumlah informasi yang ada. Menurut Sternberg R.J, proses atensi ini
dianggap dapat membantu efesiensi penggunaan kemampuan mental dan
kecepatan reaksi terhadap suatu rangsang.
Tapi
kalau saya lihat pada realitanya, perilaku - perilaku yang muncul
mengenai permasalahan “atensi” dan “perhatian” ini justru
menimbulkan paradoks baru di tengah peradaban masyarakat.
Mungkin
kebanyakan dari kita tidak sadar dengan beberapa perilaku tersebut.
Misalnya, kecenderungan dimana pada umumnya kita sebagai manusia
lebih suka memperhatikan orang lain yang memang ingin kita
perhatikan, dan seringnya tidak memperhatikan orang lain yang
memperhatikan kita. Menariknya adalah kalau kita pikir lagi, apakah
mereka orang – orang yang memang ingin kita perhatikan itu juga
memperhatikan kita? Padahal secara jelas ada orang – orang yang
selalu memperhatikan kita hanya saja kita terlalu sibuk sehingga kita
sering “melewatkan” keberadaan mereka, orang – orang yang
memperhatikan kita.
Selain
itu kecenderungan dimana banyaknya manusia yang memperhatikan orang
lain dikarenakan adanya suatu kepentingan, baik kepentingan
commercial, pribadi
ataupun golongan. Seringnya kita sebagai manusia melakukan hubungan
dengan manusia lain dikarenakan adanya maksud – maksud tertentu,
seperti beberapa calon “pembesar” di negara ini yang begitu
memperhatikan para rakyat miskin saat mereka dalam masa kampanye.
Selepas mereka terpilih, perhatian mereka mendadak menghilang.
Beberapa
hal semacam ini telah menjadi budaya baru dalam kehidupan
bermasyarakat sekarang ini. Di satu sisi cukup menarik, namun di sisi
lain sangat mengkhawatirkan jika seandainya pemahaman ini terus
berkembang dan perlahan menggeser nilai moral serta hakekat dari
keberadaan kita sendiri, mahluk sosial yang bernama manusia.