Jumat, 20 Januari 2012

Emosi Itu Ibarat Sistem Kekebalan Hidup

Ternyata betul apa yang pernah dikatakan salah satu dosen saya sewaktu masih kuliah dulu, bahwa emosi itu merupakan salah satu hal yang menarik dalam aspek psikologi manusia. Saya ingat waktu itu, dosen saya menyampaikan perspektifnya yang sedikit melawan mainstream yang berlaku dalam dunia psikologi. Dosen saya berpendapat kalau emosi adalah suatu sistem imune atau “kekebalan hidup” dalam tubuh manusia. Ibarat kondisi fsik manusia, sehat atau tidaknya seseorang tergantung dari sistem kekebalan tubuh yang ia miliki maka begitu juga penggambaran dari hubungan emosi dengan kehidupan manusia, dimana kualitas hidup manusia tergantung dari bagaimana sistem “kekebalan hidup” yang dimiliki oleh manusia tersebut.

Kalau ditelaah sesaat, mungkin sudut pandang dosen saya itu terlalu janggal dan kurang relevan. Tapi saya mencoba melihat lebih dalam lagi, bahwa pada kenyataannya kondisi emosional kita sebagai manusia memang memiliki kontrol yang cukup kuat terhadap perilaku kita sehari – hari (mengingat kita sebagai manusia mempunyai sistem afeksi atau perasaan yang cukup banyak mengandung muatan emosional).

Kemarin salah satu teman perempuan saya mengalami fluktuasi emosi yang cukup hebat. Teman perempuan saya itu berusaha menahan tangis karena mendapat tekanan dari orang – orang yang ada disekitarnya. Hal ini juga terjadi pada teman perempuan saya yang lain, dimana teman perempuan saya yang lain ini mengalami permasalahan dengan pasangannya karena kondisi emosionalnya yang sedang tidak baik. Dan kejadian dari teman perempuan saya ini semakin bertambah rumit karena mereka sedang mengalami masa menstruasi. Beberapa teman saya juga sering mengalami permasalahan dalam hidupnya dikarenakan kondisi emosional dirinya yang sedang tidak baik. Kebanyakan dari teman saya ini sering mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan orang hanya karena emosi mereka yang mudah sekali terpancing atau tersulut.

Saya ingat teori dari psikolog, Daniel Goleman yang mengatakan bahwa emosi itu merujuk pada suatu perasaan dan pemikiran yang khas. Suatu keadaan biologis dan psikologis serta kecenderungan untuk bertindak. Dengan kata lain, emosi memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan hal ini, maka saya rasa ada benarnya sudut pandang dari dosen saya itu.

Mungkin akan terdengar naif jika saya mengatakan kalau apa yang terjadi pada teman – teman saya itu salah atau benar karena pada dasarnya tidak ada batasan nilai yang berlaku untuk menentukan apakah perilaku mereka itu sepenuhnya salah. Sesuatu yang bersifat emosional itu pastinya sangat manusiawi, mengingat bahwa manusia itu cenderung dinamis, baik secara progress maupun regress. Jika memang ada ukuran yang dapat menentukan apakah perilaku seseorang itu benar atau salah, menurut saya , ukuran tersebut hanya bersifat tentative atau tergantung pada situasi dan kondisi saat perilaku itu terjadi.

Memang apa yang saya tulis ini terkesan dangkal dan sepihak sebab sekali lagi, terlalu banyak persepsi yang sudah terlanjur berkembang jauh sebelum para ahli menemukan pemahaman – pemahaman yang valid mengenai emosi. Dan selama banyaknya persepsi tentang emosi ini, saya dan Anda semua yang membaca tulisan saya ini bisa lebih bijak dalam menggunakan emosi dalam kehidupan kita sehari – hari.