Kemarin
salah satu sahabat saya men-share salah satu tulisannya yang
berisi pandangan dan pemikirannya kepada saya. Jujur, saya merasa
beruntung karena ternyata sahabat saya itu belum pernah membagi
tulisannya itu dengan orang lain disamping isi tulisannya yang mampu
menggelitik isi pikiran setiap orang yang membacanya, termasuk juga
saya.
Dalam
tulisannya itu, dia berbicara mengenai “adab hidup” yang ada di
tatanan masyarakat kita sekarang ini. Mulai dari pergeseran
nilai-nilai yang dianggap sudah kadaluarsa padahal kalau dikaji lebih
mendalam, nilai-nilai tersebut jauh lebih manusiawi dibandingkan
dengan nilai-nilai yang berkembang dalam peradaban moderen seperti
sekarang ini. Dalam tulisannya itu, saya mengutip sebuah paragraf
yang menurut saya cukup memprovokasi keseluruhan isi kepala saya,
“Menurut
saya kalau akhirnya manusia bisa menemukan bahan bakar gas dari
kentutnya sendiri, maka pada mulanya akan muncul banyak milyuner
baru, kemudian para milyuner tersebut harus rela berbagi dan
menurunkan derajatnya menjadi jutawan bersama dengan para tukang
kentut yang akhirnya sadar kalau kentut mereka laku dijual...”
~Adab Hidup, Sandi Wiradinata~
Dari
kutipannya ini, saya mencoba memahami beberapa hal mendasar tentang
peradaban dan manusia itu sendiri. Sejak Nabi Adam turun ke dunia
sampai sekarang ini, begitu banyak proses kehidupan yang
berkembang, mulai dari perkembangbiakan atau evolusi manusia, proses
pola pikir dan konsep-konsep kehidupan, hingga penemuan berupa
realisasi dari ide dan konsep itu sendiri. Tentunya masih saya ingat
bagaimana kontroversi yang muncul ketika Charles Darwin mengatakan
bahwa kita (manusia) itu berawal dari primata dan yang saya tahu dan
yakin dengan pasti, Tuhan menciptakan Adam itu sebagai manusia, bukan
monyet.
Saya
pernah, mungkin sering coba mengkaji konsep-konsep tentang tatanan
kehidupan yang berkembang pada peradaban moderen sekarang ini. Hampir
semua aspek dan elemen dari kehidupan masyarakat yang ada sekarang
ini bersentuhan dengan apa yang disebut dengan teknologi atau saya
sering menyebutnya dengan zaman serba-canggih. Lihat saja yang
terjadi di lingkungan sekitar kita dimana internet sudah menjadi
komoditi utama dalam segala aspek, contohnya di lingkungan
pendidikan. Cukup dengan search engine
atau mesin pencari (istilah kerennya googling)
anak-anak sekolah dasar bisa mempelajari apa itu rumus phytagoras
yang berarti beberapa tahun ke depan kebutuhan akan tenaga pengajar
akan semakin berkurang, yang dengan kata lain angka penggangguran di
Indonesia terus bertambah. Hebat bukan?
Mungkin
terlalu rumit jika hanya berdasarkan isi pikiran saya yang bisa jadi
salah ini karena pada kenyataannya, saya termasuk di dalam peradaban
itu sendiri, begitu juga Anda semua. Mungkin perlu adanya nilai, ide
dan konsep-konsep yang dapat mengembalikan peradaban pada sisi
manusiawi dari manusia yang termasuk di dalam peradaban itu sendiri.
Ya.
Semoga pandangan saya ini tidaklah terlalu menimbulkan kekhawatiran
atau memprovokasi Anda secara berlebihan, tapi jika Anda bisa melihat
dan membaca kekhawatiran saya ini secara bijaksana maka saya rasa
akan ada rasa kemanusiaan diantara kita sebagai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar