Selasa, 15 November 2011

Peradaban yang Beradab ?


Kemarin salah satu sahabat saya men-share salah satu tulisannya yang berisi pandangan dan pemikirannya kepada saya. Jujur, saya merasa beruntung karena ternyata sahabat saya itu belum pernah membagi tulisannya itu dengan orang lain disamping isi tulisannya yang mampu menggelitik isi pikiran setiap orang yang membacanya, termasuk juga saya.

Dalam tulisannya itu, dia berbicara mengenai “adab hidup” yang ada di tatanan masyarakat kita sekarang ini. Mulai dari pergeseran nilai-nilai yang dianggap sudah kadaluarsa padahal kalau dikaji lebih mendalam, nilai-nilai tersebut jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam peradaban moderen seperti sekarang ini. Dalam tulisannya itu, saya mengutip sebuah paragraf yang menurut saya cukup memprovokasi keseluruhan isi kepala saya,

“Menurut saya kalau akhirnya manusia bisa menemukan bahan bakar gas dari kentutnya sendiri, maka pada mulanya akan muncul banyak milyuner baru, kemudian para milyuner tersebut harus rela berbagi dan menurunkan derajatnya menjadi jutawan bersama dengan para tukang kentut yang akhirnya sadar kalau kentut mereka laku dijual...” ~Adab Hidup, Sandi Wiradinata~



Dari kutipannya ini, saya mencoba memahami beberapa hal mendasar tentang peradaban dan manusia itu sendiri. Sejak Nabi Adam turun ke dunia sampai sekarang ini, begitu banyak proses kehidupan yang berkembang, mulai dari perkembangbiakan atau evolusi manusia, proses pola pikir dan konsep-konsep kehidupan, hingga penemuan berupa realisasi dari ide dan konsep itu sendiri. Tentunya masih saya ingat bagaimana kontroversi yang muncul ketika Charles Darwin mengatakan bahwa kita (manusia) itu berawal dari primata dan yang saya tahu dan yakin dengan pasti, Tuhan menciptakan Adam itu sebagai manusia, bukan monyet.

Saya pernah, mungkin sering coba mengkaji konsep-konsep tentang tatanan kehidupan yang berkembang pada peradaban moderen sekarang ini. Hampir semua aspek dan elemen dari kehidupan masyarakat yang ada sekarang ini bersentuhan dengan apa yang disebut dengan teknologi atau saya sering menyebutnya dengan zaman serba-canggih. Lihat saja yang terjadi di lingkungan sekitar kita dimana internet sudah menjadi komoditi utama dalam segala aspek, contohnya di lingkungan pendidikan. Cukup dengan search engine atau mesin pencari (istilah kerennya googling) anak-anak sekolah dasar bisa mempelajari apa itu rumus phytagoras yang berarti beberapa tahun ke depan kebutuhan akan tenaga pengajar akan semakin berkurang, yang dengan kata lain angka penggangguran di Indonesia terus bertambah. Hebat bukan?

Mungkin terlalu rumit jika hanya berdasarkan isi pikiran saya yang bisa jadi salah ini karena pada kenyataannya, saya termasuk di dalam peradaban itu sendiri, begitu juga Anda semua. Mungkin perlu adanya nilai, ide dan konsep-konsep yang dapat mengembalikan peradaban pada sisi manusiawi dari manusia yang termasuk di dalam peradaban itu sendiri.

Ya. Semoga pandangan saya ini tidaklah terlalu menimbulkan kekhawatiran atau memprovokasi Anda secara berlebihan, tapi jika Anda bisa melihat dan membaca kekhawatiran saya ini secara bijaksana maka saya rasa akan ada rasa kemanusiaan diantara kita sebagai manusia.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar