Rabu, 08 September 2010

Cinta = harta..apa akan selalu begitu?

Kemarin malam saya berbincang-bincang dengan 2 orang sahabat sampai menjelang waktu sahur. Obrolan kami cukup seru, membahas suatu hal yang sebenarnya cukup "basi" namun cukup menguras pikiran dan sedikit perasaan..,yaitu masalah percintaan..maklum, kalau ada 3 orang laki-laki dewasa ngobrol sudah pasti masalah ini akan menjadi salah satu topik yang hangat untuk diperbincangkan.

Salah seorang dari kami mengeluarkan "statement" bahwa dirinya telah dipecundangi oleh mantan pacar yang sangat ia sayangi. Hampir kurang lebih 2 tahun ia menanti penuh harap, namun ternyata mantan pacarnya itu malah berpaling ke laki-laki lain yang jauh lebih mapan. Saya rasa cukup menyakitkan memang jika kita merasakan kejadian seperti itu, bayangin aja ketika kita sedang berusaha mati-matian mengejar mimpi, tiba-tiba orang yang kita sayangi tidak mau bersabar dan berpaling pada orang lain yang secara materi jauh berada di atas kita. Saya mencoba melihat hal ini lebih mendalam, "apakah segala sesuatu yang bersifat material memang bisa memenangkan perasaan cinta seseorang?"..

Kebanyakan orang yang menganggap "cinta itu identik dengan harta" karena dari fakta yang berkembang dalam masyarakat kita menunjukan betapa dahsyatnya pengaruh materi bagi seseorang dalam kehidupan percintaannya. Kita masih banyak menemui ritual perjodohan dalam sistem tatanan sosial masyarakat, dimana perjodohan itu sendiri berbau isu-isu tentang bagaimana seorang laki-laki kaya dapat membeli cinta perempuan cantik yang baik bagi dirinya yang ternyata hanyalah salah satu "bajingan" dari sekian banyak nya bajingan yang bernama laki-laki. Dan yang lebih lucunya lagi, kebanyakan perempuan secara tidak sadar menerima kondisi tersebut dengan dalih ingin membahagiakan orang tua, mencoba berpikir realistis .."gak mungkin hanya makan dari cinta..", dan banyak lagi alasan-alasan yang menurut saya pribadi hanya akan menjadi sebuah omong kosong karena ketika terjadi hal-hal yang "tidak diinginkan", pihak perempuan-lah yang akan mengalami kerugian terbesar.

Tapi saya bukan bermaksud menyalahkan salah satu pihak karena jujur, jika berada dalam situasi seperti itu bukan tidak mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Memang masih menjadi sebuah polemik besar ketika kita membahas masalah "peradaban percintaan manusia" karena terlalu banyak intrik-intrik yang terus menjadi konflik tersendiri dalam diri setiap manusia yang mengalami masalah percintaan seperti ini. Meskipun kita semua mengetahui dengan pasti, kalau cinta itu memiliki kebebasan untuk hinggap dimana saja ia mau meskipun dalam praktek kehidupan nyata cinta telah "berubah bentuk" menjadi suatu belenggu yang terlalu kuat untuk dijalani..        
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar