Jumat, 03 September 2010

Berdamai dengan Khayalan / Kenyataan?

Akhir-akhir ini saya sering berbincang-bincang dengan beberapa teman saya, kami berbicara tentang hal-hal yang kami anggap sebagai suatu kegilaan dari perilaku manusia, yaitu khayalan. Saya cukup tertarik mengamati perilaku manusia yang satu ini. Khayalan merupakan suatu kegiatan otak yang berlangsung di dalam alam bawah sadar manusia, dimana khayalan itu pelan-pelan akan memasuki alam sadar dan bergumul cukup hebat dengan realitas logika manuisa. Bagi beberapa orang hal ini justru mendatangkan kebaikan, namun untuk beberapa orang hal ini bisa menjadi suatu "boomerang" bagi kehidupan mereka dan tanpa mereka sadari khyalan akan membawa mereka pada suatu dimensi atau realitas yang sarat dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil.

Manusia memiliki khayalan-khayalan yang beragam dan menarik, karena khayalan merupakan representasi dari keinginan-keinginan dari afeksi yang tidak terpenuhi oleh kemampuan kognisi manusia itu sendiri,.Maka jangan heran kalau kita pernah menemui orang-orang yang terjebak dalam khayalan mereka sendiri, seperti yang paling sering kita jumpai yaitu orang-orang yang memiliki teman yang "tak nyata". Fenomena seperti ini tergolong dalam gangguan kejiwaan yang mungkin sering kita dengar dengan istilah "schyzofrenia" atau gangguan waham dimana  seorang manusia mengalami kesulitan membedakan antara realita dan halusinasi. Biasanya hal ini terjadi karena suatu pengalaman traumatik yang sangat mendalam dan berlangsung sangat lama menghinggapi dirinya. Atau juga karena mendapatkan suatu tekanan yang sangat kuat dari lingkungan terdekatnya dan ia tidak mampu atau tidak mau  sehingga ia mengantisipasinya sehingga ia memilih "melarikan diri" dengan menciptakan suatu khayalan yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya dan ia hidup bersembunyi di dalam khayalannya tersebut.

Hal ini jelas sangat berdampak buruk bagi kehidupan orang-orang yang hidup dalam khayalannya karena ketika ia memasuki lingkungan baru dalam hidupnya, ia akan di cap sebagai pembohong karena mau tidak mau ia akan terus menciptakan khayalan-khayalan baru agar ia bisa diterima dalam lingkungan barunya tersebut. Yang paling parahnya, perilaku seperti ini akan semakin menjauhkan ia dari realita dan mendapatkan predikat sebagai orang yang kirang waras atau "gila". 
Sayangnya pada zaman sekarang ini, kebanyakan manusia memilih hidup dalam khayalannya dan menolak realita yang ada..sebut saja mereka yang mengaku sebagai generasi menolak tua, yang ketika rambut sudah memutij namunmasih saja asik keluar masuk panti pijat +plus sambil menikmati sebotol anggur "orang tua". Sekali lagi, bukan maksud saya untuk menggurui tetapi amat disayangkan jika fenomena ini terus berlangsung dan menjadi salah satu bentuk baru dari "budaya pop" yang berkembang dalam masyarakat. Harus saya akui jika hidup dalam khayalan memang menyenangkan dibandingkan dengan kenyataan, namun terkadang dalam kenyataan terdapat pelajaran penting yang memiliki nilai-nilai berharga tentang kehidupan itu sendiri.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar