
Jika teringat pada tokoh Joker, saya selalu membayangkan betapa menyenangkannya menjadi seseorang yang jahat, licik, sadis, dan bengis. Saya berimajinasi, seandainya saya menjadi Joker, hal-hal apa saja yang akan saya lakukan untuk menebar teror. Yang pertama, saya akan merampok "kepala" tugu monas yang katanya tidak mungkin ada yang bisa mengambilnya. Lalu saya akan menge-bom arena Dunia Fantasi, karena itu menyerupai konsep Disney land yang berasal dari Amerika, berarti konsep yahudi dan saya benci yahudi. Terus saya akan menyandera Andi Mallaranggeng dan menyiksanya sampai mati, karena saya tidak suka dengan orang-orang yang "banyak omong". Dan yang terakhir saya akan merampok habis Bank Indonesia terutama rekening uang setoran pajak, karena saya tidak menyukai "sistem pajak".
Kalau saya sadari, ternyata saya tidak jauh berbeda atau bahkan bisa jadi lebih parah dari seorang penjahat. Apakah kalian juga merasakan dan memikirkan hal yang sama seperti saya? ternyata kita memiliki sisi gelap yang tidak terlihat namun terkadang sering kali muncul pada saat-saat yang tak terduga. Kita bisa menjumpainya dalam realita kehidupan sehari-hari, dimana setiap orang yang kita kenal ataupun tidak menunjukan sikap-sikap yang "tidak terpuji". Mulai dari orang-orang yang saling memaki dan membongkar aib orang lain dalam ruang persidangan, orang-orang berdasi yang keluar-masuk satu gedung ke gedung lain hanya untuk menipu, sampai penegak hukum yang teramat sangat "ringan tangan" terhadap warga sipil.
Dalam keadaan yang membingungkan itulah saya mulai berpikir, "Sungguh ironis jika untuk melakukan sesuatu yang kita senangi, kita harus melakukan kejahatan terlebih dahulu seperti yang Joker lakukan" karena seperti itulah keadaan yang banyak saya temui dalam kehidupan ini, untuk dapat "sesuatu" bertahan maka kita harus menjadi seorang antagonis agar kita tidak digilas oleh roda zaman yang semakin tidak menentu arah perputarannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar