Senin, 23 Juli 2012

#HariAnakNasional


"You can learn many things from children. How much patience you have, for instance".
~Franklin P. Jones~


Hari ini, tepat tanggal 23 Juli 2012, bangsa kita memperingatinya sebagai Hari Anak Nasional. Sebenarnya perayaan Hari Anak Nasional di setiap negara berbeda – beda namun perayaan hari anak pertama kali dilakukan oleh salah satu organisasi bangsa yang mengurus dan memperhatikan kesejahteraan anak – anak di seluruh belahan dunia, UNICEF pada bulan Oktober 1953 dan sejak tahun 1954, PBB atau Perserikatan Bangsa – Bangsa menetapkan bahwa Hari Anak Sedunia jatuh pada tanggal 20 November.

Pada perjalanannya dari tahun 1954 sampai dengan saat ini, masalah dan problematika yang terjadi pada keadaan anak - anak di tiap negara, perlahan telah menjadi salah satu isu utama yang sering kali diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat, terlebih bagi mereka para pemerhati anak, lingkungan hidup, sosial dan budaya serta pendidikan di seluruh belahan dunia. Sebut saja, isu perdagangan manusia yang ternyata cukup banyak menjadikan anak sebagai korban. Lalu masalah eksploitasi anak, dimana anak dipaksa untuk menjadi komoditi atau penopang kesejahteraan keluarga, serta yang paling klise, terutama di negeri kita ini yaitu pendidikan dan kesehatan yang secara kasat telah meng”kambing-hitam”kan kemiskinan sebagai alasan utamanya.

Melihat apa yang terjadi pada dunia anak – anak, terutama di Indonesia, terkesan masih sangat jauh dari kata baik. Masalah keadaan anak – anak di Indonesia yang setiap tahunnya seperti terus bertambah yang padahal telah begitu banyak orang – orang yang peduli terhadap keadaan ini, sebut saja Komnas Perlindungan Anak Indoneisa (KPAI) dan pastinya aparat negara yang tergabung dalam Departemen Sosial nampaknya tidaklah cukup untuk mengtasi masalh ini.

Jika meneliti sedikit apa seperti apa masalah yang terjadi pada lingkungan anak di Indonesia, maka akan kita lihat bersama begitu banyak fenomena yang ada, mulai dari anak jalanan dan terlantar, anak - anak yang putus sekolah, anak – anak yang menjadi korban kekerasan, baik di luar maupun di dalam rumah tangga, Narkoba, serta yang paling menyedihkan adalah perdagangan manusia dan pelacuran, yang mana anak – anak dan perempuan adalah korban utamanya.

Menurut Education For All Global Monitoring Report yang diterbitkan oleh UNESCO pada tahun 2011 lalu menyatakan bahwa Negara Indonesia berada pada peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index, yang artinya bahwa karena tingginya jumlah yang putus sekolah menyebabkan rendahnya pembangunan negara. Belum lagi masalah anak jalanan yang selama tiga tahun belakangan ini terus meningkat angka pertumbuhannya. Dinas Sosial DKI Jakarta mengkalkulasikan bahwa pada tahun 2009 terdapat 3.724 anak jalanan, dan bertambah jumlahnya pada tahun 2010 menjadi 5.650 anak jalanan, dan berdasarkan data terakhir, tahun 2011 jumlahnya terus bertambah menjadi 7.315 anak jalanan. Jumlah ini termasuk berbagai profesi anak jalanan, mulai dari pengemis, pengamen, pengelap kaca mobil, pedagang asongan, joki 3 in 1 dan tukang parkir.

Meningkatnya berbagai permasalahan pengabaian dan pelanggaran dari hak anak – anak terus terjadi di negeri kita ini. Ini tampak jelas dimana telah terjadi 2.386 kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2011, yang mana angka ini meningkat 98 persen jika dibandingkan dengan kasus - kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi tahun 2012, yaitu sebanyak 1.234 kasus.

Absennya pemerintah terhadap penanggulangan masalah ini dianggap menjadi penyebab utama mengapa masalah pelanggaran hak asasi terhadap anak terus bertambah dan meningkat. Pemerintah dinilai telah gagal untuk melindungi anak – anak yang notabenenya juga termasuk dalam warga Indonesia yang hak dan kepentingannya justru harus lebih dilindungi karena hanya pada anak – anak ini, regenerasi peradaban bangsa yang lebih baik dapat kita wujudkan demi kelangsungan hidup anak cucu kita kelak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar