“She's
all laid up in bed with a broken heart,
While I'm drinking jack all alone in my local bar,
And we don't know how,
How we got into this mad situation,
Only doing things out of frustration”
While I'm drinking jack all alone in my local bar,
And we don't know how,
How we got into this mad situation,
Only doing things out of frustration”
~For
The First Time, The Script~
Kalimat
ini adalah lirik di bait awal lagu For The First Time milik
The Script, band pendatang baru yang menurut saya memiliki musik yang
cukup menarik, terlebih dalam penulisan lirik – lirik lagunya.
Khusus untuk lagu For The First Time
ini, saya mengacungi jempol kepada sang vokalis dan penulis lagu,
Danny O'Donoghue, karena menurut saya di lagu ini ia mampu membuat
liriknya bercerita dengan sangat realistis. Danny O'Donoghue mampu
menuliskan gambaran nyata dari kehidupan banyak orang, dimana mereka
harus menghadapi masalah dalam menjalani hubungan dengan pasangannya,
baik yang masih dalam status pacaran maupun pernikahan.
Apa
yang saya tulis ini bukanlah sebuah ulasan, review,
atau sejenisnya, melainkan hanya mencoba memahami apa yang ingin
disampaikan oleh Danny O'Donoghue melalui lirik yang ditulisnya.
Dalam
lagu ini, Danny O'Donoghue bercerita tentang bagaimana setiap orang
yang memiliki pasangan harus menghadapi situasi yang kompleks, dimana
keadaan tersebut dirasa akan sangat mempengaruhi hubungan mereka di
masa yang akan datang dan mereka tidak tahu atau tidak pernah
membayangkan kalau mereka bisa mengalami situasi seperti itu. Menurut
saya apa yang tertulis dalam lirik lagu ini sangat menggambarkan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan. Pada realitanya, saya sering kali
menemukan pasangan kekasih ataupun suami – istri terjebak
dalam situasi yang sulit dan mereka merasa tidak mampu menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Saya
ingat masa kuliah dulu, ketika salah satu dosen saya menyatakan bahwa
konsep pernikahan dalam tatanan masyarakat moderen telah mengalami
banyak sekali pergeseran makna sehingga pemahamannya pun menjadi
kabur dan terkesan bersinggungan nilai – nilai normatif yang telah
ada jauh sebelum moderenisasi berkembang. Menurut dosen saya, faktor
utama dari fenomena ini adalah banyaknya orang yang salah kaprah
tentang dasar atau fondasi dari pernikahan itu sendiri, yaitu cinta.
Erich
Fromm dalam bukunya, The Art of Loving,
mengatakan bahwa cinta adalah jawaban dari permasalahan eksistensial
manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia sering kali dihadapkan pada
permasalahan tentang keterpisahannya dengan lingkungan,
yaitu kesendirian. Secara lebih mendalam, Eric Fromm mencoba memahami
pemahaman tentang “manusia sebagai mahluk sosial”, yaitu
kebutuhan untuk selalu berhubungan dengan manusia lain untuk
mempertahankan eksistensinya. Ia menyatakan cinta sebagai bentuk
perilaku atau aktivitas yang menekankan pada prinsip kebebasan hakiki
dari manusia itu sendiri. Dengan kata lain, Eric Fromm menekankan
bahwa cinta bukan hanya sekedar keterikatan hubungan namun lebih
kepada orientasi dari karakter seorang manusia untuk dapat menjalin
sebuah hubungan dengan manusia lain.
Apa
yang disampaikan oleh dosen saya itu ada benarnya karena jika melihat
realita yang terjadi mengingat masih banyaknya persepsi yang salah pada
masyarakat tentang konsep cinta. Kebanayakan dari mereka mengartikan cinta
sebagai kepemilikan mutlak atas diri seseorang yang mereka cintai
tanpa adanya timbal balik atau keinginan untuk memahami kebutuhan
yang diharapkan orang yang mereka cintai. Ketika pemenuhan ego yang
sepihak itu telah terpenuhi maka ego yang lain akan menuntut untuk
mendapatkan pemenuhan yang setimpal dan jika pemenuhan ini tidak
dipenuhi maka akan muncul berbagai macam distorsi yang berujung pada
rasa ingin saling menyakiti satu sama lain. Pada situasi inilah
kecederungan untuk masing – masing ego “menyerah” meningkat, yaitu situasi dimana mereka berpikir untuk saling
meninggalkan.
Bagi
setiap pasangan yang dihadapkan pada situasi seperti ini, tidak
terpenuhinya tuntutan dari ego masing – masing membuat mereka
melupakan beberapa hal mendasar dari apa yang Eric Fromm sebut dengan
cinta. Dari apa yang ditekankan oleh Eric Fromm, secara jelas telah
memberikan penjabaran tentang cinta itu sendiri. Pada dasarnya
ketika seorang manusia mencintai manusia lain maka secara sadar ataupun tidak, manuisa tersebut telah mengorientasikan atau membuat arah tujuan dari
hubungan yang akan dijalain dengan manusia lain yang dicintainya itu.
Mungkin
bagi kebanyakan orang, konsepsi tentang cinta terkesan terlalu
berlebihan sehingga mereka enggan untuk membicarakannya secara lebih
mendalam. Menurut dosen saya, persepsi – persepsi dangkal seperti
inilah yang mengakibatkan banyak manusia yang mengalami retard
atau kemunduran sehingga mereka
mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan orang yang telah
mereka tanamkan harapan.
Dan
mungkin ada benarnya jika melirik pada apa yang ditulis oleh Danny
O'Donoghue ini, dimana kebanyakan orang yang sedang menghadapi
permasalahan yang rumit dengan pasangannya, mereka cenderung berpikir
dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan rasa kecewanya saja sehingga
mereka lupa tentang beberapa hal mendasar dari apa yang telah mereka
“orientasikan” dari hubungan mereka ini ketika perasaan mereka
bertemu untuk pertama kalinya.
Sumber
:
The
Art of Loving – Erich Fromm
http://shnajitama.wordpress.com/2012/02/12/teori-cinta-erich-fromm
http://www.thescriptmusic.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar