Kamis, 10 Mei 2012

Untuk Pertama kalinya...


She's all laid up in bed with a broken heart,
While I'm drinking jack all alone in my local bar,
And we don't know how,
How we got into this mad situation,
Only doing things out of frustration”
~For The First Time, The Script~

Kalimat ini adalah lirik di bait awal lagu For The First Time milik The Script, band pendatang baru yang menurut saya memiliki musik yang cukup menarik, terlebih dalam penulisan lirik – lirik lagunya. Khusus untuk lagu For The First Time ini, saya mengacungi jempol kepada sang vokalis dan penulis lagu, Danny O'Donoghue, karena menurut saya di lagu ini ia mampu membuat liriknya bercerita dengan sangat realistis. Danny O'Donoghue mampu menuliskan gambaran nyata dari kehidupan banyak orang, dimana mereka harus menghadapi masalah dalam menjalani hubungan dengan pasangannya, baik yang masih dalam status pacaran maupun pernikahan.

Apa yang saya tulis ini bukanlah sebuah ulasan, review, atau sejenisnya, melainkan hanya mencoba memahami apa yang ingin disampaikan oleh Danny O'Donoghue melalui lirik yang ditulisnya.

Dalam lagu ini, Danny O'Donoghue bercerita tentang bagaimana setiap orang yang memiliki pasangan harus menghadapi situasi yang kompleks, dimana keadaan tersebut dirasa akan sangat mempengaruhi hubungan mereka di masa yang akan datang dan mereka tidak tahu atau tidak pernah membayangkan kalau mereka bisa mengalami situasi seperti itu. Menurut saya apa yang tertulis dalam lirik lagu ini sangat menggambarkan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan. Pada realitanya, saya sering kali menemukan pasangan kekasih ataupun suami – istri terjebak dalam situasi yang sulit dan mereka merasa tidak mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Saya ingat masa kuliah dulu, ketika salah satu dosen saya menyatakan bahwa konsep pernikahan dalam tatanan masyarakat moderen telah mengalami banyak sekali pergeseran makna sehingga pemahamannya pun menjadi kabur dan terkesan bersinggungan nilai – nilai normatif yang telah ada jauh sebelum moderenisasi berkembang. Menurut dosen saya, faktor utama dari fenomena ini adalah banyaknya orang yang salah kaprah tentang dasar atau fondasi dari pernikahan itu sendiri, yaitu cinta.

Erich Fromm dalam bukunya, The Art of Loving, mengatakan bahwa cinta adalah jawaban dari permasalahan eksistensial manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia sering kali dihadapkan pada permasalahan tentang keterpisahannya dengan lingkungan, yaitu kesendirian. Secara lebih mendalam, Eric Fromm mencoba memahami pemahaman tentang “manusia sebagai mahluk sosial”, yaitu kebutuhan untuk selalu berhubungan dengan manusia lain untuk mempertahankan eksistensinya. Ia menyatakan cinta sebagai bentuk perilaku atau aktivitas yang menekankan pada prinsip kebebasan hakiki dari manusia itu sendiri. Dengan kata lain, Eric Fromm menekankan bahwa cinta bukan hanya sekedar keterikatan hubungan namun lebih kepada orientasi dari karakter seorang manusia untuk dapat menjalin sebuah hubungan dengan manusia lain.

Apa yang disampaikan oleh dosen saya itu ada benarnya karena jika melihat realita yang terjadi mengingat masih banyaknya persepsi yang salah pada masyarakat tentang konsep cinta. Kebanayakan dari mereka mengartikan cinta sebagai kepemilikan mutlak atas diri seseorang yang mereka cintai tanpa adanya timbal balik atau keinginan untuk memahami kebutuhan yang diharapkan orang yang mereka cintai. Ketika pemenuhan ego yang sepihak itu telah terpenuhi maka ego yang lain akan menuntut untuk mendapatkan pemenuhan yang setimpal dan jika pemenuhan ini tidak dipenuhi maka akan muncul berbagai macam distorsi yang berujung pada rasa ingin saling menyakiti satu sama lain. Pada situasi inilah kecederungan untuk masing – masing ego “menyerah” meningkat, yaitu situasi dimana mereka berpikir untuk saling meninggalkan.

Bagi setiap pasangan yang dihadapkan pada situasi seperti ini, tidak terpenuhinya tuntutan dari ego masing – masing membuat mereka melupakan beberapa hal mendasar dari apa yang Eric Fromm sebut dengan cinta. Dari apa yang ditekankan oleh Eric Fromm, secara jelas telah memberikan penjabaran tentang cinta itu sendiri. Pada dasarnya ketika seorang manusia mencintai manusia lain maka secara sadar ataupun tidak, manuisa tersebut telah mengorientasikan atau membuat arah tujuan dari hubungan yang akan dijalain dengan manusia lain yang dicintainya itu.

Mungkin bagi kebanyakan orang, konsepsi tentang cinta terkesan terlalu berlebihan sehingga mereka enggan untuk membicarakannya secara lebih mendalam. Menurut dosen saya, persepsi – persepsi dangkal seperti inilah yang mengakibatkan banyak manusia yang mengalami retard atau kemunduran sehingga mereka mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan orang yang telah mereka tanamkan harapan.

Dan mungkin ada benarnya jika melirik pada apa yang ditulis oleh Danny O'Donoghue ini, dimana kebanyakan orang yang sedang menghadapi permasalahan yang rumit dengan pasangannya, mereka cenderung berpikir dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan rasa kecewanya saja sehingga mereka lupa tentang beberapa hal mendasar dari apa yang telah mereka “orientasikan” dari hubungan mereka ini ketika perasaan mereka bertemu untuk pertama kalinya.









Sumber :
The Art of Loving – Erich Fromm
http://shnajitama.wordpress.com/2012/02/12/teori-cinta-erich-fromm
http://www.thescriptmusic.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar