Selasa, 23 Agustus 2011

KASIH UNTUK ARRA...

Zahra Alethea Cetta

Elshinta Multidesi (27 tahun) dan Dadang Eryanto (27 tahun) tidak pernah menyangka gadis kecilnya Zahra Alethea Cetta (Arra, 15 bulan) menderita penyakit serius. Kegelisahan mereka memang dimulai ketika Arra masih bayi. Sejak usia 4 bulan, Arra mudah sekali tertular batuk & pilek. Daya tahan tubuhnya sangat lemah. Awalnya, Elshinta masih melihat hal tersebut sebagai hal yang wajar, karena itu ia memilih untuk membawa anaknya ke bidan saja. Tetapi semakin lama ia semakin khawatir dan memutuskan untuk membawa Arra ke puskesmas terdekat. Saat itu dokter puskesmas menyebutkan Arra mengalami wheezing dan dirujuk untuk terapi inhalasi.

Setelah tiga kali melakukan terapi inhalasi, tidak ada perubahan yang terjadi, termasuk berat badan Arra yang sulit sekali bertambah walaupun nafsu makannya cukup baik. Elshinta pun membawa Arra ke sebuah klinik untuk konsultasi dengan dokter umum. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter umum menyimpulkan bahwa Arra kemungkinan memiliki kelainan jantung. Tentu tidak sulit membayangkan bagaimana perasaan Elshinta dan Dadang saat itu. Tapi kesedihan tidak bisa membawa kesembuhan bagi anaknya. Sesuai rujukan dokter umum, mereka pun menemui dokter spesialis anak (DSA) di sebuah rumah sakit swasta.

DSA tersebut mewajibkan terapi inhalasi terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pasca pemeriksaan dengan stetoskop, kesimpulan DSA ini menguatkan dugaan dokter umum sebelumnya, Arra memiliki kelainan jantung bawaan.

Karena keterbatasan yang dimiliki rumah sakit swasta tersebut, Arra harus dirujuk ke dokter di rumah sakit lain. Namun ternyata dokter yang dirujuk sudah tidak bekerja di rumah sakit yang ditunjuk. Mau tidak mau, Elshinta harus mencari rumah sakit lain yang dapat memeriksa Arra. Mereka sempat membawa Arra ke rumah sakit di daerah Pulomas. Tetapi kemudian pihak RS juga mengaku tidak memiliki kelengkapan alat dan fasilitas untuk memeriksa Arra. Akhirnya Arra pun dibawa ke rumah sakit jantung Harapan Kita di daerah Jakarta Barat.

Pemeriksaaan awal berupa Rontgen dan EKG pun dilakukan. Dokter juga menanyakan kondisi saat Elshinta mengandung Arra. Hasilnya, dokter memberi surat rujukan untuk melakukan tes Echocardiography. Dan kembali, hasil test menguatkan dugaan sebelumnya, Arra dinyatakan positif memiliki kelainan jantung bawaan PDA (Patent Ducthus Arteriosus) dan VSD (Ventrical Septal Defect). Terdapat lubang sebesar 5mm pada PDA dan 3mm pada VSD. Dokter pun meresepkan obat, tidak kurang dari 150 buah obat berbentuk puyer yang harus ditelan Arra saat itu.

Setelah 3 minggu, Arra diharuskan melakukan tes Echocardiography kembali untuk melihat bagaimana kondisi lubang pada jantungnya pasca treatment obat.

Waktu pun berlalu, Arra menjalani tes Echocardiography yang kedua. Dan dari hasil tes tersebut ternyata lubang PDA Arra hanya mengecil 1mm, sedangkan lubang VSD nya tidak mengalami perubahan. Dengan kondisi seperti ini, dokter menyarankan untuk dilakukan operasi guna menutup kedua lubang tersebut. Vonis yang meruntuhkan hati Elshinta dan Dadang, mengingat Arra masih begitu kecil. Yang kemudian tidak kalah merisaukan adalah biayanya yang mencapai 100 juta rupiah. Angka yang sangat fantastis bagi seorang karyawan gudang penyimpanan barang dengan penghasilan tak lebih dari 2 juta per bulan, seperti Dadang.

Sementara, Arra tidak bisa menunggu lama, jika tidak segera dioperasi dokter menjelaskan, akan berdampak buruk juga bagi paru-paru Arra. Darah yang bocor dari jantung akan bercampur dengan darah kotor dan langsung masuk ke paru-paru, hal ini menyebabkan paru-paru Arra harus bekerja ekstra keras untuk bernafas.

Dadang dan Elshinta tentu tak tinggal diam. Mereka tak punya pilihan, harus segera mencari bantuan biaya. Sebuah titik terang datang dari Yayasan Jantung Indonesia (YJI). YJI memberikan bantuan sebagian biaya operasi. Sebuah bantuan besar ditengah kegalauan Dadang dan Elshinta, tapi toh perjuangan belum selesai. Obat-obatan dan perawatan yang tidak di-cover YJI, serta sisa biaya operasi masih menjadi beban pikiran. Kira-kira Dadang dan Elshinta masih harus mengumpulkan uang sebesar 30 juta rupiah sebelum dapat mengoperasi Arra.

Kini pihak rumah sakit telah mengabarkan bahwa operasi untuk Arra telah dijadwalkan pada 8 september bulan depan. Dokter yang menangani Arra memperkirakan jika tidak ada kendala maka Arra hanya harus dirawat pasca-operasi selama 2 sampai 3 hari. Namun, jika terjadi masalah, kemungkinan Arra harus di rawat lebih dari 2 minggu. Hal ini tentu saja menjadi buah pikiran, karena tak kurang dari biaya sebesar 3,5 juta per hari yang harus dikeluarkan untuk biaya perawatan di ruang ICU.

Jika teman-teman (siapa pun, baik yang mengenal baik keluarga Elshinta ataupun tidak) yang berkenan membantu Arra agar operasinya dapat terlaksana, bantuan dapat disumbangkan ke Rek BCA atas nama Elshinta Multidesi di nomor rekening 6330507991, Rek CIMB Niaga atas nama Elshinta Multidesi di nomor rekening 367-01-00008-16-8, dan Rek Mandiri atas nama Dadang Eryanto di nomor rekening 125-00-1053023-6. Elshinta Multidesi dapat dikontak langsung di no 021-98804491. Mereka beralamat di Jl. Taman Malaka Utara 7 blok D12 no.3 Rt.07 Rw.009. Malaka Sari. Jakarta Timur.


Dadang Eryanto - Elshinta Multidesi beserta Arra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar