Jumat, 09 Maret 2012

Kemajuan Zaman Berati Sama Dengan Era Kompetisi

“Di abad 21 ini, akan berlangsung pertarungan antara mereka yang mapan dengan yang sedang bangkit, antara pemeluk masa lalu dengan pencerah masa depan, dan antara hirarki pengalaman dengan hirarki imajinasi”, Gary Hamel.


Selamat datang di era globalisasi, sebuah zaman dimana semua orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari yang sudah mereka miliki saat ini. Dalam budaya yang lebih populer, zaman ini disebut sebagai era kompetisi. Saya jadi teringat perkataan seorang sahabat yang tentang fenomena yang terjadi di era persaingan ini.

Gila ya, jaman sekarang semua hal dilakukan secara kompetisi. Liat aja di TV, mulai dari adu wawasan, pengetahuan, ide, ketangkasan, sampai ke urusan masak. Jangan-jangan beberapa waktu mendatang, bernafas juga di kompetisiin lagi?

Di zaman sekarang ini, semua orang menginginkan yang terbaik dari yang terbaik dan tanpa disadari alasan seperti ini dijadikan sebuah tuntutan demi kemajuan dari waktu ke waktu. Ironis? Bisa jadi, mengingat leluhur-leluhur kita terdahulu yang bisa menciptakan begitu banyak kemajuan tanpa adanya kompetisi. Buktinya, zaman dulu tidak ada kompetisi membuat alat transportasi air tapi nenek moyang kita terkenal sebagai pelaut handal yang nama besarnya terdengar hampir ke seluruh daratan Eropa barat maupun timur.

Terkadang saya berpikir apakah dengan berkompetisi berarti kita akan selalu mendapatkan yang terbaik? Pada kenyataannya, kompetisi lebih sering menimbulkan konflik, sekali pun dalam skala yang kecil karena sudah menjadi rahasia umum kalau kita sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan seuatu yang negatif dibandingkan yang positif. Maka jangan heran kalau sering kita jumpai para tokoh yang saling berselisih paham dan saling tuding ketika mereka berkompetisi untuk memenangkan ideologi mereka masing-masing.

Tanpa sadar, mungkin kita sering bertanya-tanya mengenai hal ini karena bagaimanapun kita juga termasuk di dalam era yang penuh persaingan ini. Pastinya kita tidak ingin terjebak di dalam sebuah konflik yang disebabkan oleh suatu kompetisi atau persaingan. Mungkin ada baiknya kalau kita mengkaji ulang tentang filosofi dari “bersaing secara sehat” karena kalau melihat realita yang ada hari ini masih banyak diantara kita yang kurang paham tentang bagaimana bersaing secara sehat.