“Di abad 21 ini, akan berlangsung pertarungan antara mereka yang mapan
dengan yang sedang bangkit, antara pemeluk masa lalu dengan pencerah
masa depan, dan antara hirarki pengalaman dengan hirarki imajinasi”, Gary Hamel.
Selamat
datang di era globalisasi, sebuah zaman dimana semua orang bersaing
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari yang sudah mereka
miliki saat ini. Dalam budaya yang lebih populer, zaman ini disebut
sebagai era kompetisi. Saya jadi teringat perkataan seorang sahabat
yang tentang fenomena yang terjadi di era persaingan ini.
“Gila
ya, jaman sekarang semua hal dilakukan secara kompetisi. Liat aja di
TV, mulai dari adu wawasan, pengetahuan, ide, ketangkasan, sampai ke
urusan masak. Jangan-jangan beberapa waktu mendatang, bernafas juga
di kompetisiin lagi?”
Di
zaman sekarang ini, semua orang menginginkan yang terbaik dari yang
terbaik dan tanpa disadari alasan seperti ini dijadikan sebuah
tuntutan demi kemajuan dari waktu ke waktu. Ironis? Bisa jadi,
mengingat leluhur-leluhur kita terdahulu yang bisa menciptakan begitu
banyak kemajuan tanpa adanya kompetisi. Buktinya, zaman dulu tidak
ada kompetisi membuat alat transportasi air tapi nenek moyang kita
terkenal sebagai pelaut handal yang nama besarnya terdengar hampir ke
seluruh daratan Eropa barat maupun timur.
Terkadang
saya berpikir apakah dengan berkompetisi berarti kita akan selalu
mendapatkan yang terbaik? Pada kenyataannya, kompetisi lebih sering
menimbulkan konflik, sekali pun dalam skala yang kecil karena sudah
menjadi rahasia umum kalau kita sebagai manusia memiliki
kecenderungan untuk melakukan seuatu yang negatif dibandingkan yang
positif. Maka jangan heran kalau sering kita jumpai para tokoh yang
saling berselisih paham dan saling tuding ketika mereka berkompetisi
untuk memenangkan ideologi mereka masing-masing.
Tanpa
sadar, mungkin kita sering bertanya-tanya mengenai hal ini karena
bagaimanapun kita juga termasuk di dalam era yang penuh persaingan
ini. Pastinya kita tidak ingin terjebak di dalam sebuah konflik yang
disebabkan oleh suatu kompetisi atau persaingan. Mungkin ada baiknya
kalau kita mengkaji ulang tentang filosofi dari “bersaing secara
sehat” karena kalau melihat realita yang ada hari ini masih banyak
diantara kita yang kurang paham tentang bagaimana bersaing secara
sehat.