Selasa, 13 Desember 2011

Penyakit Lupa???


Kemarin malam saya menyaksikan sebuah acara bincang-bincang di salah satu stasiun televisi swasta yang temanya mengulas kabar yang sudah beberapa waktu ini menjadi hot topic di kalangan elit politik, soal tertangkapnya tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan gubernur deputi senior BI, nunun nurbaeti. Ya, istri dari anggota komisi tiga dewan perwakilan rakyat, adang daradjatun ini akhirnya berhasil ditangkap atau dalam kajian bahasa indonesia yang lebih sopan, “diamankan”, setelah hampir sekian waktu membuat beberapa pihak (kpk, polri, dan intelejen negara) menjadi ekstra sibuk mencari keberadaannya di luar negeri.

Yang menarik buat saya dari pembahasan acara malam itu bukanlah soal bagaimana proses tertangkapnya nunun, tapi soal pernyataan dari dokter pribadi nunun nurbaeti yang menyatakan kalau “pasien”nya itu mempunyai penyakit lupa (mungkin semacam gejala demensia atau amnesia). Memang cukup aneh (dan malah terkesan mengada-ada), bagaimana bisa seseorang yang mempunyai penyakit lupa bisa melakukan perjalanan (pelarian) ke beberapa negara dan dalam waktu yang tidak sebentar. Cukup aneh ya?

Fenomena “penyakit lupa” yang dialami oleh nunun nurbaeti ini sangat menarik, mengingat bahwa di peradaban yang moderen ini ternyata masih ada sejumlah orang yang memiliki masalah dengan proses merekam dalam sistem kognisi. Saya teringat dengan beberapa orang yang pernah berbagi permasalahan (atau dalam istilah yang lebih ke-kini-an disebut “kegalauan”) mereka dengan saya. Mulai dari masalah yang paling populer, percintaan, sampai dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Hampir semua permasalahan (kegalauan) mereka ini berujung pada harapan untuk bisa melupakan permasalahan mereka (seringnya berkisar sakit hati, “melupakan mantan pacar”).

Sebagai orang yang pernah belajar tentang ilmu psikologi, sedikitnya saya paham soal “penyakit lupa” ini. Dalam kajian ilmu psikologi, kedokteran, atau kesehatan, “penyakit “ ini disebut dengan gejala demensia atau amnesia. Gejala ini merupakan proses penurunan kemampuan intelektual yang progresif sehingga seseorang mengalami kemunduran fungsi kognitif-nya. Mungkin kalau dicari korelasinya, “penyakit lupa” ini memiliki kaitan dengan ingatan atau memori (saya pernah “menyeruputnya” di salah satu secangkir kopi hitam saya).

Memperhatikan fenomena ini, saya jadi memiliki perspektif (yang pastinya sangat dangkal) kalau di saat sekarang ini banyak sekali orang yang secara tidak sadar membudi-dayakan “penyakit lupa” ini. Kebanyakan dari mereka ini, entah secara sengaja atau tidak, “bersembunyi” di balik fenomena ini. Mungkin kalau melihat kejadian nunun nurbaeti, kita berasumsi kalau nunun menjadikan “penyakit” ini sebagai pengalihan atas dakwaan dirinya sedangkan pada realitanya cukup banyak orang yang melakukan apa yang nunun lakukan dan beberapa dari mereka tidak sadar atas apa yang mereka lakukan ini.

Bagaimanapun “penyakit lupa” ini sangat jauh dari kata baik. Karena pada dasarnya hal ini akan sangat berdampak buruk bagi sistem kerja kognisi (otak) kita dan pastinya akan berpengaruh dalam kehidupan kita.