Sabtu, 17 September 2011

Bersyukur??

Bersyukur. Banyak orang mempertanyakan arti dari kata “bersyukur” ini. Sebagian besar beranggapan bahwa bersyukur itu sebagai rasa bahagia yang diungkapkan dengan cara berterima kasih atas kebahagiaan yang mereka dapatkan. Sebagian lagi berpendapat kalau bersyukur itu adalah rasa bahagia yang direalisasikan dengan cara menikmati semua hal yang telah diberikan oleh Tuhan maupun seseorang. Mereka ini berpendapat bahwa rasa syukur itu baru dapat dirasakan di saat mereka telah berhasil mencapai hasil dari kerja keras mereka selama ini. Kebanyakan dari mereka berpikir kalau untuk bisa bersyukur, mereka harus terlebih dahulu bahagia dan untuk mendapatkan kebahagiaan, mereka harus bekerja sangat keras dan mengorbankan banyak hal dalam hidup mereka.

Saya pernah membaca cerita yang ditulis oleh Ajahn Brahm dalam salah satu bukunya, Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya yang menurut saya bisa menggambarkan tentang apa itu “bersyukur”.



Di sebuah desa nelayan Meksiko yang tenteram, seorang Amerika yang sedang berlibur mengamati seorang nelayan setempat yang baru saja pulang melaut pada pagi hari. Si Amerika adalah seorang profesor sukses di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Amerika Serikat dan ia tidak tahan untuk memberikan sedikit “kuliah” gratis kepada si nelayan Meksiko.

“Hai!”, sapa si Amerika. “Mengapa pagi-pagi sudah pulang dari melaut?”

“Karena saya sudah mendapat cukup ikan, Senor”, jawab si nelayan Meksiko itu ramah. “Cukup untuk memberi makan keluarga saya dan sedikit kelebihannya untuk dijual. Dan sekarang saya akan makan siang bersama istri dan, setelah tidur siang sejenak, saya akan bermain-main bersama anak-anak saya. Lalu setelah makan malam, saya akan pergi ke kedai, menengguk sedikit tequila dan bermain gitar bersama teman-teman saya. Itu cukup untuk saya, Senor.”

Dengarkan saya, kawan”, ujar si profesor bisnis Amerika. “Jika kamu tetap melaut sampai larut sore, dengan mudah kamu akan mendapatkan tangkapan dua kali lipat. Kamu dapat menjual kelebihannya, menabung uangnya, dan dalam waktu enam bulan atau sembilan bulan, kamu akan mampu membeli perahu yang lebih bagus dan lebih besar dan menggaji beberapa awak. Kemudian kamu akan mampu menangkap ikan empat kali lebih banyak. Pikirkanlah berapa banyak tambahan uang yang kamu dapatkan! Dalam satu atau dua tahun, kamu akan punya modal untuk membeli perahu dan menggaji beberapa awak lagi. Jika kamu mengikuti perencanaan bisnis ini, dalam waktu enam atau tujuh tahun kamu akan bangga menjadi pemilik sebuah armada penangkapan ikan yang besar. Lalu kamu sebaikna memindahkan kantor pusatmu ke Mexico City atau bahkan ke L.A. Setelah tiga atau empat tahun di L.A, perusahaanmu bisa go public dan menjadikanmu CEO dengan penghasilan serta hak pembagian saham yang istimewa. Dalam beberapa tahun, kamu akan menjadi multi-jutawan! Dijamin! Saya ini profesor terkenal dari sebuah sekolah bisnis di Amerika. Saya tahu soal-soal beginian!”

Si nelayan Meksiko mendengarkan dengan khusyuk apa yang dikatakan oleh profesor Amerika itu dengan menggebu-gebu. Ketika si profesor Amerika selesai bicara, si Meksiko bertanya, “Tetapi, Senor Profesor, apa yang bisa saya lakukan dengan jutaan dolar itu?”

Yang mengejutkan, si profesor Amerika belum memikirkan rencana bisnisnya sejauh itu. Jadi, dengan segera dia mereka-reka apa yang bisa dilakukan dengan jutaan dolarnya.

Amigo! Dengan semua duit itu, kamu bisa pensiun. Ya! Pensiun seumur hidup. Kamu bisa membeli sebuah vila kecil di sebuah desa nelayan yang indah seperti ini, dan membeli sebuah perahu kecil untuk pergi memancing pada pagi hari. Setiap hari kamu bisa makan siang bersama istrimu dan tidur siang sejenak setelahnya, tanpa perlu mengkhawatirkan apa pun. Pada sore hari kamu dapat melewatkan saat-saat berkualitas bersama anak-anakmu. Dan setelah makan malam, kamu bisa bermain gitar bersama teman-temanmu, menggak tequila. Ya, dengan semua itu kamu bisa pensiun dan hidup senang!”

Tetapi, Senor Profesor, kan sekarang ini saya sudah begitu?”, tanya si nelayan Meksiko kebingungan.


Nah, menurut Anda, ap itu “bersyukur” ?