Bersyukur.
Banyak orang mempertanyakan arti dari kata “bersyukur” ini.
Sebagian besar beranggapan bahwa bersyukur itu sebagai rasa bahagia
yang diungkapkan dengan cara berterima kasih atas kebahagiaan yang
mereka dapatkan. Sebagian lagi berpendapat kalau bersyukur itu adalah
rasa bahagia yang direalisasikan dengan cara menikmati semua hal yang
telah diberikan oleh Tuhan maupun seseorang. Mereka ini berpendapat
bahwa rasa syukur itu baru dapat dirasakan di saat mereka telah
berhasil mencapai hasil dari kerja keras mereka selama ini.
Kebanyakan dari mereka berpikir kalau untuk bisa bersyukur, mereka
harus terlebih dahulu bahagia dan untuk mendapatkan kebahagiaan,
mereka harus bekerja sangat keras dan mengorbankan banyak hal dalam
hidup mereka.
Saya
pernah membaca cerita yang ditulis oleh Ajahn Brahm dalam salah satu
bukunya, Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya yang menurut saya bisa
menggambarkan tentang apa itu “bersyukur”.
Di
sebuah desa nelayan Meksiko yang tenteram, seorang Amerika yang
sedang berlibur mengamati seorang nelayan setempat yang baru saja
pulang melaut pada pagi hari. Si Amerika adalah seorang profesor
sukses di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Amerika Serikat dan ia
tidak tahan untuk memberikan sedikit “kuliah” gratis kepada si
nelayan Meksiko.
“Hai!”,
sapa si Amerika. “Mengapa pagi-pagi sudah pulang dari melaut?”
“Karena
saya sudah mendapat cukup ikan, Senor”,
jawab si nelayan Meksiko itu ramah. “Cukup untuk memberi makan
keluarga saya dan sedikit kelebihannya untuk dijual. Dan sekarang
saya akan makan siang bersama istri dan, setelah tidur siang sejenak,
saya akan bermain-main bersama anak-anak saya. Lalu setelah makan
malam, saya akan pergi ke kedai, menengguk sedikit tequila
dan bermain gitar bersama teman-teman saya. Itu cukup untuk saya,
Senor.”
“Dengarkan
saya, kawan”, ujar si profesor bisnis Amerika. “Jika kamu tetap
melaut sampai larut sore, dengan mudah kamu akan mendapatkan
tangkapan dua kali lipat. Kamu dapat menjual kelebihannya, menabung
uangnya, dan dalam waktu enam bulan atau sembilan bulan, kamu akan
mampu membeli perahu yang lebih bagus dan lebih besar dan menggaji
beberapa awak. Kemudian kamu akan mampu menangkap ikan empat kali
lebih banyak. Pikirkanlah berapa banyak tambahan uang yang kamu
dapatkan! Dalam satu atau dua tahun, kamu akan punya modal untuk
membeli perahu dan menggaji beberapa awak lagi. Jika kamu mengikuti
perencanaan bisnis ini, dalam waktu enam atau tujuh tahun kamu akan
bangga menjadi pemilik sebuah armada penangkapan ikan yang besar.
Lalu kamu sebaikna memindahkan kantor pusatmu ke Mexico City atau
bahkan ke L.A. Setelah tiga atau empat tahun di L.A, perusahaanmu
bisa go public dan
menjadikanmu CEO dengan penghasilan serta hak pembagian saham yang
istimewa. Dalam beberapa tahun, kamu akan menjadi multi-jutawan!
Dijamin! Saya ini profesor terkenal dari sebuah sekolah bisnis di
Amerika. Saya tahu soal-soal beginian!”
Si
nelayan Meksiko mendengarkan dengan khusyuk apa yang dikatakan oleh
profesor Amerika itu dengan menggebu-gebu. Ketika si profesor Amerika
selesai bicara, si Meksiko bertanya, “Tetapi, Senor
Profesor, apa yang bisa saya
lakukan dengan jutaan dolar itu?”
Yang
mengejutkan, si profesor Amerika belum memikirkan rencana bisnisnya
sejauh itu. Jadi, dengan segera dia mereka-reka apa yang bisa
dilakukan dengan jutaan dolarnya.
“Amigo!
Dengan semua duit itu, kamu bisa pensiun. Ya! Pensiun seumur hidup.
Kamu bisa membeli sebuah vila kecil di sebuah desa nelayan yang indah
seperti ini, dan membeli sebuah perahu kecil untuk pergi memancing
pada pagi hari. Setiap hari kamu bisa makan siang bersama istrimu dan
tidur siang sejenak setelahnya, tanpa perlu mengkhawatirkan apa pun.
Pada sore hari kamu dapat melewatkan saat-saat berkualitas bersama
anak-anakmu. Dan setelah makan malam, kamu bisa bermain gitar bersama
teman-temanmu, menggak tequila.
Ya, dengan semua itu kamu bisa pensiun dan hidup senang!”
“Tetapi,
Senor Profesor, kan
sekarang ini saya sudah begitu?”, tanya si nelayan Meksiko
kebingungan.
Nah,
menurut Anda, ap itu “bersyukur” ?