Kamis, 28 Oktober 2010

Peradaban dan Kegilaan

"Seseorang dikatakan gila ketika ia menolak kegilaan itu bersemayam di dalam dirinya sendiri" (Michael Foucalt: Madness And Civilitation)






Pernah gak ketika kita perhatikan keadaan lingkungan sosial kita, tiba tiba kita merasa bahwa saat ini dunia yang kita pijak semakin kacau dan semakin lepas kendali? atau kita merasa kalau semua penduduk bumi yang bernama manusia semakin gila?

Saya sering banget merasakan hal itu, coba kita perhatikan  peradaban mahluk yang bernama manusia sampai dengan saat ini..cukup memprihatinkan. Di saat era modernisasi mulai memasuki sebuah babak baru yang disebut globalisasi, justru peradaban kita sebagai manusia semakin jauh dari norma dan aturan-aturan sosial. Hal ini cukup membingungkan karena dalam pemahamannya, istilah peradaban sering digunakan sebagai pencapaian manusia dalam memakmurkan dirinya baik dalam konteks norma sosial maupun budaya sehingga menjadi lebih unggul dibandingkan manusia yang lainnya. Tapi kalau kita lihat yang terjadi sekarang ini kebanyakan apa yang telah kita capai justru semakin menjauhkan kita dari segala yang bersifat normatif atau dengan kata lain "manusia yang gak manusiawi".

Peradaban kita sekarang ini seperti sebuah kubangan lumpur yang besar dan kotor, penuh dengan intrik dan isu-isu primitif.,mulai dari Yahudi, kekuasaan, teroris, perdagangan manusia, ilegal loging, uang, sex, HIV, narkoba, undang-undang, pencabulan, skandal, nikah siri, poligami, gempa tsunami, sampai dengan masalah-masalah klise..,banjir, macet, kemiskinan, pendidikan...
Apa memang peradaban mahluk bernama manusia seperti kita ini sudah memasuki sebuah waham dan kegilaan? karena yang saya lihat kebanyakan dari mereka "menolak untuk sadar" dan cenderung menyangkal atas idelisme-idelisme gila yang mereka realisasikan dalam kehidupan nyata. Bagi mereka ini semua merupakan tuntutan dari kehidupan yang mau tidak mau harus mereka jalani demi sebuah "kemakmuran" itu sendiri tanpa mereka sadari hal itu telah melahirkan kembali ideologi bernama "kanibalisme" yang telah melairkan jenis-jenis baru dari manusia yang "abmoral".


Saya pribadi tidak tahu pasti apakah saya juga termasuk salah satu dari mereka, namun saya terus mencoba berpikir waras dengan cara "berdamai dengan kegilaan-kegilaan" yang tersembunyi dalam setiap lekuk otak dan "secangkir kopi hitam" saya karena sampai dengan saat ini hanya itu cara terjitu bagi saya untuk terus menjadi waras ditengah-tengah peradaban manusia yang terus memuja kegilaan sebagai suatu kewajaran.   
   

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kempurnaan = hasrat + nafsu..

Ada gak sih manusia yang sempurna?..., pertanyaan ini sering kali muncul ketika kita melakukan sebuah kesalahan atau kekeliruan dalam menjalani kehidupan sehingga kita merasa tidak sempurna. Saya sering memperhatikan orang-orang di sekitar saya yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan kesempurnaan, mulai dari orang yang setiap hari selepas jam kerja langsung menghabiskan waktu di pusat-pusat kebugaran demi mendapatkan bentuk badan yang sempurna sampai dengan orang-orang yang langsung menghabiskan gaji pertamanya di pusat-pusat perbelanjaan dan kecantikan demi menjaga penampilan agar selalu terlihat sempurna..tapi lucunya ketika itu semua telah mereka jalani secara maksimal, mereka merasa belum juga mendapatkan kesempurnaan yang mereka cari-cari selama ini dan jujur saja hal sekecil ini telah menjadi sebuah pertanyaan besar di dalam kepala saya. Melihat mereka, saya menemukan sesuatu yang sangat ganjil.., bukankah jam malam mereka sebaiknya digunakan untuk segera beristirahat supaya besok ketika di kantor mereka tidak mengantuk karena semalam jam tidur mereka habis di tempat gym?, bukankah sebaiknya gaji pertama mereka digunakan untuk membeli sedikit hadiah kepada orang tua mereka sendiri?

Apa pernah mereka merasa sedikit bersyukur atas apa yang telah mereka miliki? apakah tidak sebaiknya mereka sisihkan sedikit uang dari gaji pertama mereka untuk membantu keluarga jauh mereka yang sedang kesusahan? Atau pernahkah mereka berpikir meskipun badan mereka tidak terlalu "berbidang" tapi mereka masih memiliki  keluarga, istri atau pacar serta teman-teman yang selalu menerima mereka apa adanya? 

Beberapa orang bijak mengatakan bahwa ,"kesempurnaan adalah ketika kita melihat dan menerima sebuah ketidak sempurnaan secara baik" atau sebagian dari mereka mengatakan, "no body perfect..", buat saya kesempurnaan cuma segelintir hasrat dan nafsu yang yang harus selalu terpuaskan..,gak peduli apakah kita mendapatkan kepuasan itu atau tidak yang jelas kita harus terus melampiaskannya.
 

Kamis, 21 Oktober 2010

Tips Mencari Pasangan Yang Baik..?

Beberapa waktu yang lalu, dua orang teman saya datang mengunjungi saya di rumah. Seperti biasa, kita ngobrol santai di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi hitam. Banyak yang kita perbincangkan, mulai dari kisah masa lalu, sosialita, pekerjaan, sampai akhirnya perbincangan semakin panas ketika kedua teman saya berbicara soal percintaan...Mereka berdua berdebat cukup sengit ketika mereka berbicara tentang trik-trik dan pedoman jitu untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik dan benar. Teman saya yang pertama memiliki konsep bahwa untuk mendapatkan pasangan yang sesuai dimulai dengan cara "modal dengkul". Sebagai seorang peranakan Dayak-Jawa, teman saya yang satu ini beranggapan bahwa pasangan yang baik akan selalu menerima kita apa adanya meskipun keadaan finansial kita sedang buruk, tapi teman saya yang kedua membantah keras teori itu...Pemuda Toba yang satu ini beranggapan bahwa untuk mendekati seseorang yang kita suka, sedikit banyak kita harus "bermodal" karena dari situ orang yang sedang kita dekati melihat kita sebagai orang yang bertanggung jawab atau dengan kata lain bukan laki-laki yang "MoKonDo"...
Perdebatan mereka semakin sengit karena mereka berdua menganggap kalau teori mereka yang paling baik. Saya pun memperhatikan dan menyimak dengan seksama perdebatan mereka sampai saya menemukan satui hal yang sangat lucu dari "pertempuran mulut" mereka..Yang menjadi teramat sangat menggelikan adalah mereka berdua beradu argumen tentang cara jitu mendapatkan pasangan dengan sangat sengit, tapi sampai saat ini, tidak satupun dari mereka berdua yang memiliki pasangan, menggelikan bukan...?
Dari "seruput"an terakhir dalam secangkir kopi hitam yang kami nikmati sore itu, saya memahami bahwa memang tidak ada "teori baku" ataupun "rumus jitu" bagi kita semua dalam urusan percintaan. Untuk dapat merasakan, memahami, dan mengerti cinta, kita harus "terjun langsung" dan menjalani serta menghadapai semua perihal cinta yang diberikan pasangan  kita, baik itu manis atau pahit karena  "gak ada cinta yang sempurna"..